Kamis, 29 Mei 2014

Pendidikan Anak Di Indonesia Haruslah Jauh Dari Kekerasan


Kejadian akhir-akhir ini yang sangat mencengangkan bagi kita semua penduduk Indonesia adalah kasus kekerasan terhadap anak. Kasus yang sebenarnya sudah terjadi cukup lumayan lama, tetapi baru terungkap dan muncul kepermukaan belakangan ini. Melihat fenomena ini tentunya para orang tua menjadi ragu dan bahkan khawatir tentang pendidikan anak-anaknya, dimana mereka harus menitipkan anaknya untuk menuntut ilmu. Karena disekolah favorite pun yang notabene nya mempunyai kualitas di atas rata-rata sekolah lainnya, bisa terjadi kasus pelecehan seksual terhadap anak.


Selain dari  itu, yang ikut muncul kepermukaan berikutnya adalah kasus kekerasan anak-anak, bullying sesama teman disekolah, dan bahkan ada pengeroyokan terhadap teman yang akhirnya berujung pada kematian. Sungguh miris hati kita melihat fenomena yang terjadi di dunia pendidikan anak-anka kita. Yang seharusnya mereka mendapatkan pendidikan yang layak dan sangat baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka. Karena tak bisa dipungkiri mereka lah para penerus bangsa ini di masa depan. Kalau sejak dari kecil, anak-anak cikal bakal penerus bangsa ini dikelilingi dan dijejali dengan lingkungan pendidikan sperti ini, tidak dapat dibayangkan apa jadinya bangsa ini kedepannya. 

Bebicara masalah kekerasan terhadap anak, sebenarnya telah ada kekerasan-kekerasan terhadap anak yang membudaya dalam kehidupan kita yang secara tidak sadar kita lakukan sehari-hari. Katakanlah kekerasan psikologis seperti membentak anak atau menelantarkannya maupun kekerasan fisik seperti menjewer. Hal-hal ini secara tidak sadar kita lakukan sehari-hari dan bahayanya ini bisa berdampak pada perkembangan mereka. Meraka akan merekam kekerasan itu dan bisa melakukan perlawanan dengan menjadi seorang anak yang bandel misalnya atau membangkang dan yang lebih parahnya lagi mereka mencontoh dan menerapkan kekerasan tersebut terhadap sesama temannya.

Berhubungan dengan hal ini, sangat perlu lah adanya kesadaran orang tua dalam mendidik anak-anaknya  di rumah dan juga sistem pendidikan anak disekolah yang berpihak pada kemajuan dan perkembangan anak. Bukan hanya dalam hal akademik tetapi juga dalam kehidupan bersosial. Dalam menyusun kurikulum sekolah untuk anak, harus lah dipertimbangkan sematang mungkin untuk mendongkrak kemampuan dan perkembangan anak. Istilahnya kurikulum untuk anak, bukan anak untuk kurikulum. Dalam hal pendidikan untuk anak ini, penulis mengutip kata-kata Kak Seto, salah seorang pemerhati anak di Indonesia, yang dalam acara Sentilan Sentilun di Metro TV edisi "Nasib Anak Indonesis" 19/04/2014 mengatakan bahwa dalam sistem pendidikan kita harusnya mengandung 5 unsur:

1. Etika  (termasuk teladan yang orang tua dan guru tunjukan pada anak)
2. Estetika (keindahan; termasuk juga keindahan berperilaku, bergaul, berbicara dsb)
3. Iptek
4. Nasionalisme (bangga sebagai anak Indonesia, bangga terhadap budaya Indonesia, kesenian Indonesia, dll)
5. Kesehatan dan olahraga

Jika sistem pendidikan kita sudah menerapkan 5 poin ini dengan sesungguhnya, niscaya pendidikan anak di negeri kita tercinta ini akan menjadi lebih baik dan pada akhirnya bisa melahirkan generasi penerus bangsa yang lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar